Kisah
nyata sebuah keluarga muslim di Indonesia. Keluarga dakwah. Keluarga yang mampu
menjadikan 10 orang buah hati mereka sebagai anak-anak yang shalih, hafal
Al-Qur'an dan berprestasi. Keluarga luar biasa itu adalah pasangan suami istri
Mutammimul Ula dan Wirianingsih beserta 10 putra-putri mereka. Yang lebih luar
biasa lagi adalah, kedua orang tua ini tergolong super sibuk dengan berbagai
aktifitas dakwahnya. Mutammimul Ula adalah anggota DPR RI dari fraksi PKS.
Sedangkan Wirianingsih adalah Staf Departemen Kaderisasi DPP PKS sekaligus
Ketua Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia dan Ketua Umum PP Salimah
(Persaudaraan Muslimah) yang cabangnya sudah tersebar di 29 propinsi dan lebih
dari 400 daerah di Indonesia.
> Anak pertama, Afzalurahman Assalam
> Anak pertama, Afzalurahman Assalam
Putra
pertama. Hafal Al-Qur'an pada usia 13 tahun. Saat buku ini ditulis usianya 23
tahun, semester akhir Teknik Geofisika ITB. Juara I MTQ Putra Pelajar SMU
se-Solo, Ketua Pembinaan Majelis Taklim Salman ITB dan terpilih sebagai
pesertaPertamina Youth Programme 2007.
>
Anak kedua, Faris Jihady Hanifah
Putra
kedua. Hafal Al-Qur'an pada usia 10 tahun dengan predikat mumtaz. Saat buku ini
ditulis usianya 21 tahun dan duduk di semester 7 Fakultas Syariat LIPIA. Peraih
juara I lomba tahfiz Al-Qur'an yang diselenggarakan oleh kerajaan Saudi di
Jakarta tahun 2003, juara olimpiade IPS tingkat SMA yang diselenggarakan UNJ
tahun 2004, dan sekarang menjadi Sekretaris Umum KAMMI Jakarta.
>
Anak ketiga, Maryam Qonitat.
Hafal
Al-Qur'an sejak usia 16 tahun. Saat buku ini ditulis usianya 19 tahun dan duduk
di semester V Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo. Pelajar teladan
dan lulusan terbaik Pesantren Husnul Khatimah 2006. Sekarang juga menghafal
hadits dan mendapatkan sanad Rasulullah dari Syaikh Al-Azhar.
>
Anak Keempat, Scientia Afifah Taibah
Putri
keempat. Hafal 29 juz sejak SMA. Kini usianya 19 tahun dan duduk di Fakultas
Hukum Universitas Indonesia (UI). Saat SMP menjadi pelajar teladan dan saat SMA
memperoleh juara III lomba Murottal Al-Qur'an tingkat SMA se-Jakarta Selatan.
>
Anak Kelima, Ahmad Rasikh 'Ilmi
Putra
kelima. Saat buku ini ditulis hafal 15 juz Al-Qur'an, dan duduk di MA Husnul
Khatimah, Kuningan. Ia lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara I Kompetisi
English Club Al-Kahfi dan menjadi musyrif bahasa Arab MA Husnul Khatimah.
>
Anak Keenam, Ismail Ghulam Halim
Putra
keenam. Saat buku ini ditulis hafal 13 juz Al-Qur'an, dan duduk di SMAIT
Al-Kahfi Bogor. Ia lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara lomba pidato bahasa
Arab SMP se-Jawa Barat, serta santri teladan, santri favorit, juara umum dan
tahfiz terbaik tiga tahun berturut-turut di SMPIT Al-Kahfi.
>
Anak Ketujuh, Yusuf Zaim Hakim
Putra
ketujuh. Saat buku ini ditulis ia hafal 9 juz Al-Qur'an dan duduk di SMPIT
Al-Kahfi, Bogor. Prestasinya antara lain: peringkat I di SDIT, peringkat I SMP,
juara harapan I Olimpiade Fisika tingkat Kabupaten Bogor, dan finalis Kompetisi
tingkat Kabupaten Bogor.
>
Anak Kedelapan, Muhammad Syaihul Basyir
Putra
kedelapan. Saat buku ini ia duduk di MTs Darul Qur'an, Bogor. Yang sangat
istimewa adalah, ia sudah hafal Al-Qur'an 30 juz pada saat kelas 6 SD.
>
Anak Kesembilan, Hadi Sabila Rosyad
Putra
kesembilan. Saat buku ini ditulis ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah, Mampang,
Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Qur'an. Diantara prestasinya dalah juara I
lomba membaca puisi
>
Anak Kesepuluh, Himmaty Muyassarah
Putri
kesepuluh. Saat buku ini ditulis ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah, Mampang,
Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Qur'an
Kembali
ke keluarga Mutammimul Ula di atas.
Pada
akhirnya kita dapat menarik simpulan, di balik kesuksesan Kang Tamim ternyata
ada satu sosok wanita yang telah melahirkan sebelas keturunannya. Siapa lagi
kalau bukan istrinya, Wirianingsih. Memang siapa dia?
Sosok
besar yang bertitel lengkap Dra. Wirianingsih, Bc.Hk. lahir di Jakarta, 11
September 1962 (48 tahun). Selain ibu rumah tangga, banyak aktivitas yang dia
lakukan diantaranya menjadi dosen, kuliah pasca sarjana, dan aktivis perempuan.
Terkini adalah menjadi anggota Dewan Pertimbangan PP Persaudaraan Muslimah
(Salimah) bersama Ustazah Yoyoh Yusroh, Nursanita Nasution, dll dimana
sebelumnya dia menjadi Ketua Umum. Mereka adalah anggota DPR dari fraksi yang
sama dengan Mutammimul Ula.
Lalu,
metode apa yang Kang Tamim dan Mbak Wiwi terapkan dalam mendidik
putra-putrinya?
Kuncinya
adalah keseimbangan proses. Begitu simpulan dari metode pendidikan anak-anak
sebagaimana tertulis dalam buku “10 Bersaudara Bintang Al-Quran. “ Walapun
mereka berdua sibuk, mereka telah menetapkan pola hubungan keluarga yang saling
bertanggungjawab dan konsisten satu sama lain. Selepas Maghrib jadwal mereka
yaitu berinteraksi dengan Al-Quran.
Guna
mendukung kesuksesan program ini, mereka mencanangkan kebijakan sederhana,
yakni: menyingkirkan televisi dari rumah, tidak memasang gambar-gambar selain
kaligrafi, tidak membunyikan music-musik yang melalaikan, dan tidak ada
perkataan kotor di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Hal
yang cukup mendasar yang dimiliki keluarga ini sehingga mampu mendidik 10
bersaudara bintang Al-Quran adalah visi dan konsep yang jelas.
~
Pertama adalah menjadikan putra-putri seluruhnya hafal Al-Quran.
~
Kedua, pembiasaan dan manajemen waktu. Setelah salat Subuh dan Maghrib adalah
waktu khusus untuk Al-Quran yang tidak boleh dilanggar dalam keluarga ini.
Sewaktu masih bltita, Wirianingsih konsisten membaca Al-Quran di dekat mereka,
mengajarkannya, bahkan mendirikan TPQ di rumahnya.
~
Ketiga, mengkomunikasikan tujuan dan memberikan hadiah. Meskipun awalnya merasa
terpaksa, namun saat sudah besar mereka memahami menghafal Al-Quran sebagai hal
yang sangat perlu, penting, bahkan kebutuhan. Komunikasi yang baik sangat
mendukung hal ini. Dan saat anak-anak mampu menghafal Al-Quran, mereka diberi
hadiah. Barangkalo semacam reward atas pencapaian mereka, mengenai punishment
tidak dijelaskan secara rinci.
Penulis
buku itu juga membahas urgentitas menjadi hafiz Al-Quran. Penulis
mengklasifikasikannya menjadi dua bagian: keutamaan dunia dan keutamaan
akhirat. Fadhail dunia antara lain: hifzul Al-Quran merupakan nikmat rabbani,
mendatangkan kebaikan, berkah dan rahmat bagi penghafalnya, hafiz Al-Quran
mendapat penghargaan khusus dari Nabi (tasyrif nabawi), dihormati umat manusia,
dan menjadi keluarga Allah di muka bumi. Sedangkan fadhail akhirat meliputi:
Al-Quran menjadi penolong (syafaat) penghafalnya, meninggikan derajat di surga,
penghafal Al-Quran bersama para malaikat yang mulia dan taat, diberi tajul
karamah (mahkota kemuliaan), kedua orang tuanya diberi kemuliaan, dan pahala
yang melimpah.
>
Sumber : 10 Bersaudara Bintang Al-Qur'an
Penulis
: Izzatul Jannah – Irfan Hidayatullah
Penerbit
: Sygma Publishing, Bandung (2),. Januari 2010
0 komentar:
Posting Komentar