Di
suatu siang di dalam masjid, saya berbincang tentang kehidupan dengan seseorang.
Dia dikaruniai dua pasang kaki yang tidak sempurna. Meski sekilas orang akan
mengasihinya, bisa jadi justru kitalah yang mungkin layak dikasihani. Kenapa ?
Karena, lelaki yang mempunyai raut muka tegar itu menyimpan segudang kehebatan
yang kadang tak dimiliki sosok manusia sempurna secara fisik.
Kehebatannya
adalah dia tak pernah mengeluh sepanjang hidupnya, karena mengeluh itu sifat
terlemah dari manusia. Kekurangan pada dirinya ia syukuri sehingga melahirkan
prasangka positif dan fikirannya kreatif untuk mencari rizki. Dia membuat
kerupuk singkong yang dijajakan dan hasilnya dapat menafkahi anak-istrinya
dengan cara dan jalan terhormat. Lain halnya dengan sahabat yang bersua dalam
perjalanan, ia mengeluh karena gajinya hanya Rp 3 juta. Menurut penuturannya,
gaji sebesar itu tidak cukup untuk bayar cicilan motor, susu anaknya, bayar
kontrakan rumah, listrik dan lain-lain.
Dia mengaku perlu gaji Rp 6 juta untuk
dapat hidup cukup. Saya masih ingat dulu sahabatku ini mengeluh punya gaji Rp 1
juta dan ingin Rp 3 juta. Ketika Allah mengabulkan keinginannya, sekali lagi
saya mendengar ia masih mengeluh. Bahkan pada saat mulai masuk kerja pertama
kali, gajinya hanya Rp 300 ribu sebagai penjaga malam. Saya ingat, dulu ia tak
mengeluh dengan Rp 300 ribu itu.
Menyikapi
fenomena ceritera di atas, saya ingat akan ayat Allah, “Sungguh, manusia
diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila ditimpa kesusahan, dia berkeluh
kesah dan apabila mendapatkan kebaikan (harta) dia menjadi kikir. Kecuali
orang-orang yang melaksanakan sholatnya dan orang-orang yang dalam hartanya
disiapkan bagian tertentu bagi orang miskin yang meminta dan tidak meminta dan
orang-orang yang mempercayai hari pembalasan dan orang-orang yang takut
terhadap azab tuhannya” (Al-Ma’aarij ayat 19-27).
Ternyata
Allah sudah memberikan gambaran kepada kita mengenai karakter asli manusia.
Bahkan, tatkala keluhan itu terjawab dengan karunia kenikmatan (harta),
kecenderungannya menjadi kikir. Begitu banyak orang menjadi sombong, bahil dan
kufur terhadap nikmat yang telah diberikan Allah. Ya dari jaman Musa dan
Fir’aun, Qorun, Abu Lahab, Abu Jahl hingga saat ini. Saat kita merasa
kekurangan, miskin atau tidak mampu dalam hal harta dan kekuasaan, kerap kita
berdoa minta harta yang cukup dan jabatan yang pantas. Setelah semua itu
terpenuhi, ternyata tidak cukup memuaskan karena tumbuh keinginan-keinginan
baru yang ingin dicapainya. Sungguh, jika tabiat mengeluh ini terus dipupuk,
maka sangat membahayakan kehidupan kita di dunia dan akherat. Maka, mari kita bersyukur
atas apapun yang kita terima hari ini dan dalam kondisi sulit sekalipun.
0 komentar:
Posting Komentar