Manchester
City banyak berubah dalam tata kelola klub sejak dibeli pengusaha Sheikh
Mansour Zayed Al Nahyan dari Thaksin Sinawatra pada 2008. Selain berhasil
mengubah status klub medioker menjadi penghuni papan atas Liga Primer Inggris,
Mansour juga tidak melupakan aspek religiusitas.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKytAYe9so790dq12lSOkqKFWUE6KUUKL-YPHb8Fjoxa8rCwhusyTEE9cyynYkb2BGXbAvnwGuyPw_A4CEEcAXxjIQ1PBELsQUJ72KSATE2BKM-nIMLfJKepmYcSYDjym6r9Q8wCwkj60/s320/gelandang-manchester-city-yaya-toure-merayakan-gol-ke-gawang-_120507013401-826.jpg)
City
adalah salah satu klub yang dihuni pemain dari berbagai macam negara, ras, dan
agama berbeda. Di klub asuhan Roberto Mancini itu, terdapat empat pemain
Muslim, yaitu Edin Dzeko, Samir Nasri, serta dua saudara Kolo dan Yaya Toure.
Sayangnya,
kendala muncul lantaran ruang ibadah itu digunakan campur antara penganut
Kristiani dan Islam. Namun Pendeta Rev Chris Howitz tidak terlalu mempolemikkan
hal itu. Ia berharap, ruang ibadah itu dapat membuat pemain City bisa bermain
bagus di lapangan. "Doa saya adalah bahwa Tuhan akan menunjukkan jalan
besar bagi mereka di lapangan," katanya.
Masalah
muncul ketika mantan pendeta Tony Porter--yang tugasnya digantikan Howitz--yang
mengabdi untuk City meletakkan gambar Yesus Kristus di dalam ruang ibadah itu.
Namun
langkah itu diprotes para pemain Muslim yang tidak ingin gambaran sosok Nabinya
dipasang di ruangan yang dianggap sebagai mushala karena bisa memunculkan
kerancuan.
"Ada
beberapa pemain Muslim yang memanfaatkan ruangan khusus itu (untuk
beribadah)," jelas Howitz.
0 komentar:
Posting Komentar