Amerika Serikat nampaknya sudah kehilangan kemampuan menghadapi perang melawan al-Qaidah. Mereka mulai berpikir ulang, berperang melawan al-Qaidah tidak menguntungkan bagi masa depan Amerika Serikat, terkait dengan keamanan nasional negeri itu. Selain itu, Amerika Serikat yang sudah mengeluarkan dana triliunan dollar itu, sekarang mulai kehabisan energi dan kemampuan.
Pejabat Amerika Serikat secara resmi didepan publik meminta kepada pemerintah agar segera mengakhiri kampanye perang melawan terorisme secara global. Hal itu, dikemukakan seorang Jenderal di Pentagon, Johnson mengatakan hendaknya para pejabat Amerika Serikat harus bertanya kepada diri mereka sendiri, bagaimana mengakhiri konflik dengan al-Qaeda akan berakhir.
Kampanye militer Amerika Serikat melawan Al-Qaeda tidak harus dilihat sebagai konflik tanpa akhir, cetusnya. Jenderal Johnson yang menjadi kepala pengacara Pentagon mengatakan dalam sebuah pidato yang sangat dramatis, dan menyinggung subjek jarang dibahas di kalangan pejabat Amerika Serikat.
Pejabat Pentagon, Jenderal Jeh Johnson merupakan pertama kalinya seorang pejabat senior Amerika Serikat secara terbuka kemungkinan Washington mengakhiri apa yang disebut "perang melawan teror," dilancarkan oleh mantan Presiden George W Bush pasca serangan 9 / 11, terhadap Gedung WTC di New York dan Washington.
Pernyataa Johnson itu, menegaskan perlunya Amerika Serikat segera mengakhiri kampanye perang melawan terorisme secara global, termasuk penahanan orang-orang yang dituduh melakukan aksi terorisme di Guantanamo, yang dilandasi keputusan hukum yang jelas. Kampanye anti terorisme justeru akan membahayakan bagi masa depan dan kepentingan Amerika Serikat secara global.
Johnson juga mengkritik terhadap kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang menggunakan pesawat tanpa awak (drone) disepanjang perbatasan Pakistan-Afghanistan, justeru memperluas dukungan terhadap kekuatan al-Qaidah di seluruh dunia Islam.
Bahkan, sekarang ada kecenderungan kekuatan al-Qaidah bukan semakin berkurang, tetapi pengaruhnya semakin kuat disetiap negara Islam. Bersamaan terjadinya perubahan politik di negara-negara Islam secara luas. Jika ini terus dilakukan terus oleh Amerika Serikat ini, pasti akan membahayakan kepentingan Amerika Serikat dan sekutunya.
Sekarang Amerika Serikat sudah kehilangan sekutu utama di Timur Tengah, sejak berlangsungnya Arab Spring (Revolusi Arab).
Pernyataan Johnson, yang dirilis oleh Pentagon, bisa memicu perdebatan politik global dengan berbagai argumen yang pasti akan mendorong perubahan kebijakan, yang tidak mungkin lagi dapat dihindari. Amerika Serikat dan sekutunya, seperti Uni Eropa, sangat memahami arti perubahan di dunia Islam sekarang ini. Di mana sudah dapat dipastikan tidak akan mempunyai tempat lagi bagi Amerika dan Uni Eropa, tidak bersedia melakukan perubahan, khususnya kampanye yang bersifat latent melawana terorisme.
"Sekarang upaya militer Amerika Serikat melawan Al-Qaeda berada di tahun ke-12, dan kita juga harus bertanya kepada diri sendiri: "Bagaimana ini akan berakhir konflik" kata Johnson, yang penasehat keamanan Presiden AS Barack Obama. Johnson menyampaikan pernyataan di Oxford seperti yang disiapkan, kata seorang jurubicara.
Johnson telah disebutkan seorang jenderal yang menjadi pengacara militer Amerika Serikat, melihat kemungkinan perubahan kebijakan yang akan dilakukan oleh pemerintah Barack Obama.
Sebuah "perang terbuka" melawan terorisme itu telah menjadi ciri apa yang sebagai "genocide" oleh Presiden George W. Bush, dan dimulai sejak serangan 11 September yang menghancurkan World Trade Center New York, merusak Pentagon dan menewaskan 3.000 orang
Kemudian, Presiden Bush membalas dengan melakukan invasi ke Afghanistan dan Irak, yang sangat menghancurkan.
Tetapi, tidak menghasilkan apapun bagi Amerika Serikat, kecuali kebangkrutan ekonomi.
"Saya pikir suatu hari mereka akan kalah, tapi itu tidak akan terjadi setiap waktu dekat," kata Senator Lindsey Graham, seorang Republikan, Situs Huffington Post pekan ini. Jadi, Amerika Serikat akan pernah dapat mengalahkan para terorisme secara global. Justeru langkah dan kebijakan Amerika Serikat itu, semakin banyak orang ikut dalam kelompok teroris, dan ingin melawan Amerika Serikat.
Johnson adalah orang pertama dalam pemerintahan Obama yang secara resmi mengatakan dengan jelas mengakhiri perang melawan terorisme, dan perang terhadap terorisme itu, tidak ada kaitannya dengan ideologi, kata Karen Greenberg, Direktur dari Pusat Keamanan Nasional di Fordham University di New York.
Amerika Serikat mulai berpikir ulang tentang perang melawan terorisme yang sudah kehabisa tenaga, lalu bagaimana para bedundalnya yang masih berkomat-kamit mengucapka mantera pentingnya perang melawan terorisme seperti di Indonesia? Wallahu'alam.
0 komentar:
Posting Komentar