Dua
belas tahun yang lalu (2001) seorang peneliti di Center of Sustainable
Resources – University of California at Berkeley Bernard Lietaer menulis buku
dengan judul The Future of Money: Creating New Wealth, Work and a Wiser World.
Dalam bukunya yang futuristik ini Bernard antara lain menulis tentang berbagai
fenomena pencarian uang baru yang sudah mulai saat itu karena kekecewaan
masyarakat tentang sistem uang yang ada dalam beberapa dasawarsa terakhir.
Menurut
Bernard, sistem keuangan dunia dewasa ini tidak ubahnya seperti Casino raksasa
yang dioperasikan dengan penuh spekulatif, yakni 100 kali lebih besar dari
transaksi total bursa saham di seluruh dunia per harinya. Hanya 2 % saja dari
perputaran tersebut yang terkait dengan transaksi barang dan jasa; 98%-nya
murni untuk spekulasi.
Bila
buku yang ditulis sebagai hasil penelitian Bernard ini dikaitkan dengan
pendapat Ibnu Taimiyyah bahwa penguasa hanya boleh mencetak fulus sebesar
kebutuhan transaksi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat suatu
negeri, maka ya hanya 2 % itulah uang yang perlu ada di dunia sesungguhnya.
Apa
dampak dari besarnya porsi uang yang digunakan untuk keperluan transaksi
spekulatif tersebut dibandingkan dengan yang dibutuhkan untuk transaksi riil?
Nilai uang menjadi sangat rentan terhadap ulah spekulan. Porsi terbesar uang
tidak menggerakkan sektor riil, pemerintah-pemerintah dunia menjadi sibuk
menjaga nilai uang ketimbang menggerakkan sector riil. Lapangan pekerjaan tidak
mudah tersedia, kemakmuran sulit terwujud, dan dunia menjadi tidak bijaksana
karena lebih banyak mengharapkan durian runtuh dari ‘hasil spekulasi’ ketimbang
hasil dari kerjaan yang riil.
Namun,
di setiap zaman, di setiap masyarakat selalu ada sekelompok kecil orang yang
melihat sesuatu sampai melewati batas horizon (beyond the horizon). Mereka ini
sudah mulai mencari solusi untuk memecahkan problem, yang bahkan sebagian
terbesar masyarakatnya belum menyadari adanya problem tersebut.
Dalam
hal problem besar yang terkait uang ini misalnya; Bernard berhasil
mengidentifikasi setidaknya saat itu sudah ada 1.900–an komunitas di seluruh
dunia, termasuk ratusan di antaranya di Amerika, yang sudah mulai mengeluarkan
‘uang’-nya sendiri dalam berbagai bentuknya.
Di
antara ‘uang swasta’ tersebut yang paling luas dikenal di masyarakat antara
lain adalah Frequent Flyers Miles yang dikeluarkan oleh industri penerbangan;
Reward Points yang dikeluarkan oleh perbankan, dan kini juga industri
telekomunikasi; Vouchers yang dikeluarkan oleh para retailers; credit balances
yang dikeluarkan pengelola transaksi barter; dan yang paling merepresentasikan
uang yang sesungguhnya adalah apa yang disebut backed currencies.
Backed
currencies adalah currencies atau alat tukar yang nilainya dijamin atau
didukung langsung dengan barang atau jasa. Di antara barang-barang ini yang
paling baku nilainya dan memang sudah digunakan sebagai uang selama ribuan
tahun adalah emas dan perak. Maka backed currencies berbasis emas yang sudah
dikenal luas di dunia maya seperti e-gold, menjadi primadona dalam pencarian
uang modern tersebut.
Meskipun
emas adalah uang yang paling ideal; berbagai pihak yang berusaha menggunakan
emas sebagai uang di masa lampau banyak mengalami kegagalan. Contoh terbesarnya
adalah kegagalan Breton Woods Agreement yang buyar Agustus 1971 – hanya
seperempat abad saja usianya. Mengapa demikian? Sederhana saja, penggunaan emas
sebagai uang haruslah disertai serangkaian peraturan yang sangat lengkap dan
menyeluruh untuk menjamin ketersediaan emas sebagai uang itu sendiri.
Peraturan
dan petunjuk pelaksanaan penggunaan emas yang sangat menyeluruh ini, adanya
hanyalah di Syariat Islam seperti yang pernah saya tulis dengan judul “Emas
Cukup Untuk Seluruh Umat Manusia , Tetapi…”.
Seperti
judul buku Bernard tersebut diatas, uang masa depan haruslah uang yang bisa
mendatangkan kemakmuran, uang yang berguna untuk menciptakan lapangan kerja,
dan uang yang bisa membuat dunia lebih bijaksana. Sekali lagi inilah yang akan
terjadi bila uang dikelola sesuai syariat Islam, hanya dengan syariat inilah
uang tidak menjadi harta yang tertimbun. Uang benar-benar mendatangkan
kemakmuran bukan hanya pada golongan yang kaya saja.
Jadi
sesungguhnya blueprint uang masa depan yang memakmurkan it, telah lama ada di
dunia Islam dan telah pula diterapkan selama ribuan tahun. Kini blueprint ini
pun siap diterapkan di era teknologi ini. Tinggal kita sendiri mau mengikuti
orang lain yang dengan susah payah mencari bentuk uang modernnya ; atau kita
kembali menggunakan uang yang sudah ada di syariat Islam – rujukan yang kita
yakini kebenarannya. Waallahu A’lam
0 komentar:
Posting Komentar