"THE
SECOND KHILAFAH IS COMING"
Hadis
Tentang Fase Zaman
“Nabi
saw brsabda, “Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah
masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak
menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan ‘ala Minhaaj
al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah
menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada
kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa
itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya.
Setelah itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak Allah
masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak
menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah
(Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, Beliau diam”.[HR. Imam
Ahmad]
Hadis
diatas diriwayatkan Ahmad, 4/273, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam
Ash-Shahihah no. 5)
Prinsip
pergantian zaman ini juga selaras dengan prediksi Rasulullah shalla-llahu
‘alaihi wa sallam dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam besar
dalam bidang hadits Ahmad, Abu Dawud dan Turmudzi dari Abu Hudzaifah,
intelijennya Nabi shalla-llahu ‘alaihi wa sallam (shahibus sirr) pada 14 abad
yang silam.
Ada
5 vase dalam islam sesuai hadist diatas
1. Fase
kenabian
2. Fase
Kekhilafahan ala Minhaaj al-Nubuwwah "khulafaur rasyidin"
3. Fase
raja menggigit
4. Fase
Raja DIktator (Mulkan Jabbriyyan)
5.
akan datangan kembali Fase Kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang
berjalan di atas kenabian)
- FASE KENABIAN –
Inilah
periode awal perjalanan sejarah ummat Islam. Saat itu ummat Islam dipimpin
langsung oleh manusia paripurna (insan kamil), pemimpin orang-orang yang
bertaqwa (imamul muttaqin), panglima para mujahid (qa-idul mujahidin), yaitu
Muhammad shalla-llahu ‘alaihi wa sallam. Mereka langsung dipandu oleh figur teladan
(uswatun hasanah) sejak masa kesulitan, kegoncangan (fatrah al-idhthirab) di
Mekah sampai jaya di Madinah. Sejak sebelum berfikir tentang perang sampai
berkali-kali terjun di medan laga. Sejak sebelum berfikir tentang format
kepemimpinan sampai menjadi pemimpin yang disegani di Jazirah Arab. Manusia
penunggang onta yang tertata ulang persepsi (tashawwur) dan mata hati
(bashirah) mereka tentang Tuhan, alam sekitar dan diri mereka sendiri, terbukti
dalam sejarah memiliki kapasitas dan kapabilitas menjadi penghulu dunia (ustad
ziyatul ‘alam). Beralalulah masa keemasan itu (‘ashrudz dzahab) selama 23
tahun. Ketika Allah menghendaki, Ia mencabut masa kejayaan itu.
- FASE KEKHILAFAHAN KHULAFAUR RASYIDIN-
Inilah
fase kedua perjalanan sejarah ummat Islam. Para ulama dan ahli sejarah sepakat
bahwa periode ini adalah pada masa khulafaur rasyidin: Abu Bakar, Umar, Utsman
dan Ali. Ada yang berpendapat sampai ke kurun khalifah kelima, Umar bin Abdul
Aziz. Masa ini fase khalifah yang lurus, jujur dan adil. Rasulullah
shalla-llahu ‘alaihi wa sallam melegitimasi masa kedua ini masih dalam koridor
minhajin nubuwah (metode kenabian). Artinya periode pertama dan kedua ini
adalah masa teladan dan rujukan (referensi) ummat Islam.
- FASE RAJA YANG MENGGIGIT –
Fase
kehidupan ummat Islam yang ketiga ini dikuasai oleh raja yang menggigit. Ia
datang silih berganti dengan sebutan yang berbeda-beda. Yang paling awal adalah
Dinasti Umaiyah, kedua Dinasti Abasiyah dan ketiga Dinasti turki Utsmaniyah
yang berakhir pada tahun 1924. Sekitar 13 abad ummat Islam di bawah kekuasaan
raja-raja yang menggigit ini (mulkan ‘adhdhan).
Pada
masa ini para khalifah disebut raja, karena secara formal menjabat khalifah
tetapi pada dataran operasional pola pemerintahannya menerapkan sistem
kerajaan. Kepemimpinan bukan dilahirkan oleh syura tetapi diwariskan kepada
keluarga dekat kerajaan, anak keturunannya.
Disebut
“raja yang menggigit” karena masih menggigit Kitabullah dan Sunnah Rasul,
tetapi hampir-hampir lepas. Dan pada akhirnya lepas juga pada tahun 1924 dengan
munculnya Dewan Nasional Turki oleh Mustafa Kamal Attaturk (Bapak Bangsa
Turki). Namun, para ulama’ yang istiqamah menggelarinya dengan Mustafa Kamal
A’da’ut Turk (Musuh Bangsa Turki). Inilah masa keruntuhan dan keterpurukan
ummat Islam. Dunia Islam laksana kebun yang penuh tanaman subur dan bunga-bunga
yang indah, tetapi tanpa pagar pelindung dan penjaga kebun yang bertanggung
jawab.
Kondisi ini sebagaimana yang diisyaratkan Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wa sallam, “Kamu sekalian akan dijarah beramai-ramai oleh ummat-ummat manusia seperti halnya santapan yang dikerumuni orang-orang lapar. Karena kamu semuanya ibarat buih, jumlahnya banyak tetapi tidak berkualitas”.
Kondisi ini sebagaimana yang diisyaratkan Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wa sallam, “Kamu sekalian akan dijarah beramai-ramai oleh ummat-ummat manusia seperti halnya santapan yang dikerumuni orang-orang lapar. Karena kamu semuanya ibarat buih, jumlahnya banyak tetapi tidak berkualitas”.
Sebelum
tahun 1924, sekalipun kendali kekuasaan dipegang oleh “raja yang menggigit”,
tetapi ummat Islam masih memiliki payung dan pusat komando (al-imamah
al-‘uzhma) di Turki. Dalam dokumen sejarah dicatat, para penguasa negeri-negeri
muslim di seluruh dunia selalu mengadakan korespondensi dengan pusat kekuasaan
di Turki. Pada akhir abad ke-20, panglima Fatahilah sepulangnya dari menunaikan
ibadah haji, beliau singgah untuk belajar di Akademi Militer di Turki.
Sekembalinya ke Nusantara beliau bisa memukul mundur pasukan penjajah Portugis.
Raja
yg mengigit adalah para penguasa Islam atau raja-raja penerus Khulafaur
Rasyidin yang dengan begitu gemilangnya menjaga sekaligus mengembangkan
nilai-nilai yang dibawa agama Islam. Masa ini ditandai dengan adanya hanya satu
pemerintahan (kalau jaman sekarang adalah negara) dimana seluruh umat Islam
sedunia tunduk dan patuh pada satu kerajaan ini.
Hebat
bukan? Tidak seperti sekarang dimana umat Islam sudah terkotak-kotak kedalam
sebutan negara-negara. Negara Indonesia, negara Saudi Arabia, negara Malaysia,
negara Mesir, dsb. Masa Raja-Raja yang Menggigit ini terjadi dalam tiga masa,
yaitu dimulai dari kepemimpinan kerajaan Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, dan
yang terakhir adalah kepemimpinan Bani Ustmani di Turki yang boleh dibilang
baru berakhir kemarin saja, yaitu 1924 M
Pada
masa ketiga perjalanan umat Islam ini terjadi dengan sangat panjang, yaitu
sekitar 13 abad! Bayangkan, Islam bersinar dengan penuh keemasan selamat 1300
tahun! Sebut saja bidang kedokteran, astronomi, bangunan beserta jembatan, ilmu
matematika sudah dikembangkan oleh para ilmuwan-ilmuwan muslim. Kalau toh
dewasa ini semua ilmu-ilmu tersebut sepertinya ilmuwan muslim tidak punya
andil, itu tidak terlepas dari kelamnya sejarah Perang Salib dimana para
salibis berusaha menghilangkan bukti kejayaan umat Islam dahulu.
- FASE DIKTATOR (Mulkan Jabbriyyan) -
(kita skrg berada di vase ini)
Masa
keempat perjalanan sejarah ummat Islam ini mengalami krisis kepemimpinan. Ummat
Islam dari segi kuantitas tergolong besar, tetapi mereka laksana sampah, makna
lain dari gutsaa’ (buih), menurut pakar hadits Dr. Daud Rasyid. Mereka bukan
berkumpul tetapi berkerumun. Mereka mayoritas, tetapi hati-hati individu mereka
tercabik-cabik oleh paham kedaerahan (nasionalisme) yang sempit, madzhab,
aliran keagamaan dan kepentingan. Kehadirannya tidak menggenapkan dan
kepergian-nya tidak mengganjilkan. Mereka diperebutkan untuk dijadikan mangsa
binatang buas.
Pada periode ini, jangankan sepakat untuk mengangkat isu-isu besar penegakan Daulah Islamiyah, penentuan awal Ramadhan dan Idul Fithri saja tidak menemukan kata sepakat. Di tengah-tengah mereka tidak ada wasit (penengah) yang dipercaya untuk mengambil keputusan yang disepakati oleh semua komponen umat ini. Tubuh ummat Islam tercabik-cabik oleh perpecahan internal. Energi mereka habis untuk ghibah, namimah, hasud, dendam, terhadap kawannya sendiri. Sehingga terlambat dalam merespon perubahan-perubahan yang terjadi di sekelilingnya (dhu’ful istijabah lil mutaghayyirat).
Pada periode ini, jangankan sepakat untuk mengangkat isu-isu besar penegakan Daulah Islamiyah, penentuan awal Ramadhan dan Idul Fithri saja tidak menemukan kata sepakat. Di tengah-tengah mereka tidak ada wasit (penengah) yang dipercaya untuk mengambil keputusan yang disepakati oleh semua komponen umat ini. Tubuh ummat Islam tercabik-cabik oleh perpecahan internal. Energi mereka habis untuk ghibah, namimah, hasud, dendam, terhadap kawannya sendiri. Sehingga terlambat dalam merespon perubahan-perubahan yang terjadi di sekelilingnya (dhu’ful istijabah lil mutaghayyirat).
Setelah
tahun 1924, dunia memasuki perang dunia I, II dan Perang Dingin antara Blok Timur
versus Blok Barat (syarqiyyah wa gharbiyyah). Tetapi, rentetan peristiwa diatas
hanyalah muqaddimah tampilnya mulkan jabariyyan (raja diktator) berskala
global. Setelah tahun 1990, tidak ada lagi dua kubu di pentas kehidupan global.
Yaitu pasca runtuhnya Tembok Berlin di Jerman. Hegemoni raja diktator
internasional mulai menampakkan eksistensinya, bermarkas di Gedung Putih
(al-bait al-abyadh), dan didukung oleh kroni-kroninya yang tergabung dalam
negara G7 : Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, Italia, Kanada dan Rusia.
Tidak
ada pemimpin yang mangkat (baca: naik ke tampuk kekuasaan) di belahan dunia ini
selain dalam hegemoni raja diktator dunia, kecuali yang dirahmati oleh Allah.
Mereka yang bersebarangan dengan kemauan penguasa diktator dunia akan berjalan
tertatih-tatih. Mereka memiliki tangan-tangan dan kaki-kaki di semua kepingan
bumi ini. Bahkan belakangan ini ada upaya sistematis untuk memecah keutuhan
bangsa, dengan fenomena Papua dan Aceh. Pihak-pihak yang masih getol
mempertahankan keutuhan NKRI disingkirkan oleh orang nomer satu di negeri ini
dari panggung kekuasaan. Prinsip pergantian zaman ini penting diketahui agar
kita menyadari di kurun mana kita ini sedang berada. Ternyata kita berada pada
titik nadir kelemahan ummat ini. Kita tidak terlalu berharap kemana pun dan
kepada siapa pun. Siapa pun yang tampil memegang tampuk kepemimpinandi dunia
pasti mendapat SIM (Surat Izin Mangkat) dari hegemoni malikun jabbar. Marilah
kita bangun, bangkit, memperbaharui komitmen kita karena kita mengalami masa yang
tidak sederhana. Kita bergerak pada kurun yang tidak mudah.
Saatnya kita bangun untuk menyongsong masa terakhir dari perjalanan sejarah ummat Islam yaitu masa khilafah ‘ala manhajin nubuwwah. Karena kita yakin bahwa kepemimpinan raja diktator ada masa akhirnya. Kebatilan, sekalipun dipagari oleh kekuasaan yang kokoh akan segera hilang. Lebih-lebih saat ini mereka mengadakan konspirasi global untuk menghancur-kan pusat syiar-syiar Islam. Sesungguhnya mercusuar Islam (baca: Tanah Suci Makkah) itu adalah milik-Nya. Dia sendiri yang akan menjaganya dari tangan-tangan jahil.
Saatnya kita bangun untuk menyongsong masa terakhir dari perjalanan sejarah ummat Islam yaitu masa khilafah ‘ala manhajin nubuwwah. Karena kita yakin bahwa kepemimpinan raja diktator ada masa akhirnya. Kebatilan, sekalipun dipagari oleh kekuasaan yang kokoh akan segera hilang. Lebih-lebih saat ini mereka mengadakan konspirasi global untuk menghancur-kan pusat syiar-syiar Islam. Sesungguhnya mercusuar Islam (baca: Tanah Suci Makkah) itu adalah milik-Nya. Dia sendiri yang akan menjaganya dari tangan-tangan jahil.
-FASE KHILAFAH AKAN DATANG KEMBALI-
Persoalan
yang esensial bagi kita bukan terletak pada kapan terjadinya khilafah atas
metode kenabian itu. Sebab, masa itu akan terjadi pada masa kita atau
kemungkinan pada zaman keturunan kita. Hadits ini adalah prediksi nubuwwah,
bukan ramalan ahli nujum dan para normal. Kita tidak bangkit pun prediksi Nabi
itu pun akan terjadi. Kita sekarang perlu mempersiapkan diri sebagai elemen
perubah dan pencabut sang diktator dunia. Dengan cara konsisten; istiqamah,
mudawamah wal istimrar (berkesinambungan) melaksanakan tahapan amal Islami
(maratibul ‘amal Islami) merujuk tahapan turunnya wahyu Al Quran.
Yaitu,
memperbaiki akidah (ishlahul ‘aqidah), melaksanaan syariat (tathbiqusy
syari’ah), memperbaiki akhlak (ishlahul akhlaq), melaksanakan dakwah dan
harakah (‘amalu ad-da’wah wal harakah) serta memperbaiki kualitas jama’ah
(binaul jama’ah).
Pada akhirnya kita perlu bangkit untuk mewujudkan agenda-agenda penting dakwah diatas. Agar kita aman dan lulus dari Mahkamah Ilahi kelak. Kita berupaya menyadarkan sebanyak mungkin manusia agar menjadi batu bata dakwah (asy-sya’bu qawaa-idud da’wah). Sekalipun kita tidak sadar, tidak bangun, tidak bergerak, fenomena kebangkitan ummat Islam itu pasti terwujud, dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala.
Pada akhirnya kita perlu bangkit untuk mewujudkan agenda-agenda penting dakwah diatas. Agar kita aman dan lulus dari Mahkamah Ilahi kelak. Kita berupaya menyadarkan sebanyak mungkin manusia agar menjadi batu bata dakwah (asy-sya’bu qawaa-idud da’wah). Sekalipun kita tidak sadar, tidak bangun, tidak bergerak, fenomena kebangkitan ummat Islam itu pasti terwujud, dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala.
0 komentar:
Posting Komentar