Pengaruh
Zionis di pemerintahan SBY saat ini begitu besar, termasuk di kalangan
intelijen, kepolisian dan departemen atau kementerian. Hal itulah yang
menyebabkan para menteri tidak mempunyai policy yang jelas, sementara SBY
sebagai presiden tidak mempunyai pendirian yang tegas.
Selain
itu, pemerintahan SBY telah membawa misi Yahudi Zionis. Seperti adanya
privatisasi BUMN, adu domba antar pemimpin masyarakat seperti dalam kasus
bailout Bank Century, kasus Antasari Azhar dan sebagainya. Hal itu dimaksudkan
agar NKRI pecah sehingga sumber daya alam yang berupa barang tambang dikuasai
antek-antek Yahudi Zionis.
Selain
itu banyak lambang-lambang Yahudi di Indonesia seperti mata satu sebagai
lambang ICW, Bintang Daud di Gedung Kementerian Keuangan, Jangka, huruf G
seperti pada Global TV, lambang huruf 13 dan sebagainya.
Buktinya
lagi pemerintahan SBY tidak bersedia membubarkan Ahmadiyah sebagai akibat
tekanan gerakan Zionisme internasional. Selain itu selalu kerjasama dengan
lembaga donor internasional yang dikuasai Zionis seperti World Bank, ADB, IMF,
Partnership dan sebagainya.
Kalau
pemerintahan sekarang seolah-olah membela perjuangan bangsa Palestina,
sesungguhnya itu hanya
‘The Age’ Rilis Konspirasi SBY, Pihak
Istana Marah
Presiden
Soesilo Bambang Yudhoyono secara pribadi telah campur tangan untuk mempengaruhi
jaksa dan hakim demi melindungi tokoh-tokoh politik korup dan menekan
musuh-musuhnya, serta menggunakan badan intelijen negara demi memata-matai
saingan politik dan, setidaknya, seorang menteri senior dalam pemerintahannya
sendiri.
Demikian
kutiban informasi dari situs Wikileaks yang dilansir harian nasional Australia,
The Age, yang bertajuk “Yudhoyono Abused Power” di halaman utamanya.
The
Age merilis berita bocoran Wikileaks bertepatan dengan kunjungan Wakil Presiden
Boediono ke Canberra, Jumat (11/3/11), untuk bertemu dengan deputi Perdana
Menteri Australia, Wayne Swan, untuk mendiskusikan masalah reformasi birokrasi
di Indonesia bersama para pejabat negara.
Menanggapi
berita miring terkait presiden, pihak istana Kepresidenan RI mengatakan dengan
tegas bahwa berita tersebut sekadar gosip. Saat ini pihak istana sedang
mempersiapkan opsi untuk menanggapi pemberitaan media Australia tersebut.
“Ada
beberapa opsi. Yang pasti, sejauh pantauan kita, tidak ada nilai kebenaran
pemberitaan tersebut,” kata staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional,
Teuku Faizasyah, kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta,
Jumat (11/3/11).
Lebih
jauh dikatakan bahwa pihak pemerintah RI sdah berkomunikasi dengan pemerintah
AS dan juga Kedubes AS.
Selain
itu, Faizasyah juga menegaskan bahwa pemberitaan serupa juga dialamatkan kepada
negara-negara lain, namun banyak negara yang meragukan kesahihan bocoran
Wikileaks.
“Lihat
reaksi berbagai negara besar. Bahkan Rusia, Timur Tengah mempertanyakan
kebenaran dari informasi yang terkesan mengada-ada,” katanya.
Pemberitaan
The Age mengutip Wikileaks juga menyangkut informasi penyuapan Jusuf Kalla
sebesar 6juta dolar untuk bisa memegang kendali Partai Golkar. Menyebutkan juga
obsesi istri presiden SBY yang memperkaya diri memanfaatkan koneksi politik
SBY dan logo Bintang David (Hexagram)
Zionis Israel
Cara
berpakaian seorang kepala negara tentu sangat berbeda dengan kita, rakyat
kebanyakan. Jika kita sering asal pakai, yang penting pakaian itu masih layak
dipakai, maka seorang kepala negara harus melalui serangkaian prosedural yang
sudah baku.
Ada
anggaran negara khusus untuk itu (masih ingatkan peristiwa mengagetkan beberapa
tahun lalu ketika Pemda DKI menganggarkan dana miliaran rupiah hanya untuk pos
busana Gubernur Sutiyoso per tahun? Nah, untuk busana kepresidenan tentu lebih
besar lagi dananya. Semua itu pakai uang rakyat!), ada konsultan busana
(terlebih bagi seorang SBY yang memang dikenal sangat “Jaim”) sehingga semua
busana yang dipakainya tidaklah sembarangan dan memiliki pesan tertentu yan
ingin disampaikannya, ada penyuplai dan penjahit khusus kepresidenan, dan
sebagainya.
Nah,
ketika seorang SBY mengenakan batik dengan simbol Bintang David—kita sudah tahu
apa makna di balik simbol tersebut—maka tentulah itu bukan sembarangan pula.
Ada pesan-pesan khusus di balik itu, entah kepada siapa hendak disampaikan.
Corak batik sangat banyak, tentu bukan suatu ketidaksengajaan jika dia memilih
yang ada cetakan simbol Bintang David tersebut, walau bentuknya sudah agak
disamarkan
SBY
bisa saja berkelit jika batik itu dipakai dalam kapasitasnya sebagai Ketua
Dewan Pembina Partai Demokrat, bukan sebagai Kepala Negara. Namun ini pun
menimbulkan tanda tanya yang besar, karena jika benar apa yang dikatakannya,
maka pakaian itu jelas pilihan hatinya sendiri. SBY adalah lulusan terbaik
AKABRI di angkatannya, tentu bukan orang yang bodoh atau awam untuk itu. Saya
menduga hal tersebut dilakukannya dengan pengetahuan yang cukup.
SBY
memang dekat dengan Amerika, karena dia sendiri pernah mengatakan secara terus
terang jika Amerika Serikat adalah, “My Second Country”. Kedekatannya ini juga
diwujudkan dalam tata ruang dan tata panggung kampanye pilpres-nya kemarin yang
menjiplak habis model kampanye tim sukses Presiden AS Barack Obama.
Kita
juga tahu, di belakang SBY terdapat orang-orang yang selama ini dikenal luas
sebagai orang-orang Indonesia yang berpaham Liberal. Apakah itu tokoh Jaringan
Islam Liberal (JIL) seperti Rizal Mallarangeng, atau pun ekonom Neo-Liberal
seperti Boediono (walau gak ngaku), Chatib Basri, Sri Mulyani, M. Ichsan, dan
sebagainya. Sebab itu, secara pribadi saya tidak habis mengerti mengapa ada
tokoh-tokoh yang mengaku pemimpin umat, apalagi sampai mengatasnamakan tokoh
dakwah, yang mendukung mesin Liberalis ini dalam pilpres kemarin. Islam tidak
akan pernah bisa bersatu dengan Kapitalisme, Liberalisme, dan juga Komunisme.
Jika ada orang yang mengaku sebagai orang Islam atau tokoh umat Islam, yang
ternyata bisa bersatu dengan salah satu dari ketiga ideologi Dajjal itu, maka
jelas Islamnya patut dipertanyakan.
Hal
ini tambah menarik ketika ada informasi jika rumah ayah dari SBY yang ada di
Pacitan-Jawa Timur ternyata juga memajang simbol Bintang David. Klop-lah sudah.
Kita menjadi semakin paham dengan orang yang satu ini.
Tanpa
perlu berpanjang lebar, sebagai orang yang kritis dan menyerahkan loyalitas
hanya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, bukan kepada pentolan partai, kita tentu
sudah bisa membaca orientasi presiden negara kita ini sekarang. Semuanya
berpulang kepada penilaian kita masing-masing. Dan saya berdoa, semoga negara
dan bangsa ini selalu mendapat pertolongan dari Allah SWT agar terhindar dari
banyaknya bencana seperti yang terjadi lima tahun belakangan ini. Amien.
0 komentar:
Posting Komentar