Saracens

Saracen adalah istilah yang digunakan oleh orang Kristen Eropa terutama pada Abad Pertengahan untuk merujuk kepada orang yang memeluk Islam (tanpa memperdulikan ras atau sukunya). Pada masa itu, istilah ini umumnya digunakan dengan konotasi negatif. Pada masa modern, istilah Saracen juga digunakan terhadap bajak laut di Laut Mediterania.

Etimologi

Kata Saracen berasal dari Bahasa Yunani (Σαρακηνός), yang diduga berasal dari bahasa Arab شرقيين syarqiyyin ("orang-orang timur"), namun dugaan ini tidak memilik dasar yang kuat.^] Istilah ini pertama kali dipakai pada awal masa Romawi Kuno untuk menyebutkan sebuah suku Arab di Semenanjung Sinai. Pada masa-masa berikutnya, orang-orang Kristen Romawi memperluas penggunaan ini untuk menyebut orang Arab secara keseluruhan. Setelah berkembangnya agama Islam, terutama pada masa Perang Salib, istilah ini digunakan terhadap seluruh Muslim (orang Islam). Istilah ini disebarkan ke Eropa Barat oleh orang-orang Bizantium (Romawi Timur) dan Tentara Salib.

Saladin Sang Raja

Solahuddin Yusuf bin Ayyub atau orang barat biasa menyebutnya "Saladin", dikenal dengan nama lain Malik An Nasir Solahuddin Yusuf I, adalah sultan pertama Dinasti Ayyubiyah yang memerintah wilayah Mesir, Palestina, Syria dan Yaman dan terkenal sebagai pembebas wilayah Palestina dari penjajahan pasukan Salib. Solahuddin adalah pahlawan Islam yang terkenal sebagai seorang Sultan yang adil dan bijaksana serta Panglima perang yang sangat ahli dan handal dalam strategi militer.

Solahuddin lahir pada tanggal 23 Maret 1138 di Tikrit, sebelah utara kota Bagdad dan berlatar belakang keluarga dari suku Kurdi. Lingkungan tempatnya lahir dan tumbuh adalah lingkungan yang sangat kental dengan atmosfer ilmu agama dan pengetahuan, yang dikemudian hari menjadi bekal bagi dirinya dalam mengukir tinta emas dalam sejarah Islam.

Solahuddin memulai karir militernya saat bergabung dengan pasukan yang dikomandani oleh pamannya Asaduddin Shirkuh . Karena kepiawaiannya dalam mempelajari ilmu strategi militer dari pamannya, pada tahun 1169, saat usianya mencapai 31 tahun Solahuddin ditunjuk oleh Dinasti Fatimiyah di Mesir sebagai panglima pasukan Syria.

Karena prestasinya berhasil mengusir pasukan Salib yang berasal dari kerajaan Franks di sebelah barat Mesir pada tahun 1171, Solahudin diberi kepercayaan untuk menjadi Sultan dan memerintah Mesir. Di bawah kepemimpinannya, sistem pemerintahan Mesir dikembalikan menjadi pemerintahan Islam. Pada tahun 1187 tepatnya pada tanggal 4 Juli Solahuddin mengalahkan pasukan Salib pada perang Hattin. Pada 2 Oktober 1187, Palestina berhasil dibebaskan dari cengkraman pasukan Salib. Pada pembebasan ini Solahuddin tidak menghancurkan gereja-gereja dan sinagog serta membiarkan pasukan Salib yang berada di dalam benteng untuk pergi dalam keadaan hidup dan selamat, sangat bertentangan sekali dengan apa yang dilakukan pasukan Salib ketika menjajah Palestina. Pasukan Salib membakar habis segala bangunan dan membunuh setiap muslim tanpa mempedulikan anak-anak, wanita atau orang tua.

Sejak pembebasan Palestina dari pasukan Salib, Solahuddin mengatur strategi untuk mengusir pasukan Salib dari berbagai daerah Muslim. Karena kekuatannya semakin terdesak, pasukan Salib hanya mampu mempertahankan sebuah benteng di tepi pantai, yaitu benteng Tyre yang dikemudian hari dijadikan pelabuhan pendaratan pasukan Salib berikutnya.

Pada perang Salib ketiga, Solahuddin mampu mempertahankan wilayah-wilayah Muslim dari serangan pasukan Salib yang dipimpin komandan terbesarnya Richard the Lionheart. Hingga diakhir pertempuran pada tahun 1192, pasukan Salib tidak memperoleh apa-apa kecuali teritori kecil di Levantine.

Pada tahun 1193 Solahuddin meninggal dunia dan dimakamkan di Damaskus. Harta yang berlimpah semasa hidupnya, ia hibahkan seluruhnya untuk umat, hingga untuk membayar penguburannya saja tidak ada lagi yang tersisa. Dinasti Ayyubiyah memerintah dari tahun 1171 hingga tahun 1250.

Posted in: About Our World